Selasa, 27 November 2007

Pesan dari Langit

Sebenarnya artikel ini pernah saya post di suatu forum dan saya juga menerbitkannya dalam buletin astronomi yang beredar di kantor saya dengan nama NajmaBlog. Tapi tidak apa-apa lah kalau saya post ulang. Demi ilmu pengetahuan... Hahaha!

____________________________________________________________________

Selain Matematika dan Fisika, astronomi merupakan salah satu ilmu tertua yang telah dipelajari oleh manusia. Ada hal yang membedakan astronomi dengan ilmu yang lain yaitu, benda atau objek yang diamati tidak dapat disentuh karena letaknya yang sangat jauh sehingga kita tidak dapat melakukan eksperimen dengan objek yang dipelajari. Singkatnya, jika alam semesta ini diibaratkan sebagai sebuah tabung reaksi, kita berada di dalam tabung reaksi itu sendiri. Namun ada hal yang menghubungkan manusia dengan benda-benda langit di atas sana, yaitu pancaran energi dari benda-benda tersebut. Dalam pancaran tersebut terkandung informasi tentang benda yang memancarkannya, juga tentang medium yang dilaluinya. Tinggal tergantung dari kemampuan manusia, seberapa jauh kita dapat menggali dan menafsir ”pesan” dari langit itu. Langit di malam hari masih merupakan pemandangan yang memikat di kota-kota, kecuali di kota-kota besar di mana bintang-bintang tidak terlihat karena terselimut polusi atau tertutup cahaya lampu jalan yang menyilaukan.

Sungguh menakjubkan bahwa posisi relatif bintang-bintang yang terlihat dari Bumi tidak banyak berubah selama 10.000 tahun terakhir. Langit malam hari pada saat ini hampir sama dengan langit yang dilihat oleh orang-orang yang hidup ribuan tahun yang lalu. Bagi mereka yang hidup di zaman dahulu, langit malam lebih mudah diamati karena saat itu polusi cahaya masih sangat sedikit. Pengamatan yang mereka lakukan pun hanya dengan menggunakan mata telanjang karena teleskop baru ditemukan sekitar awal abad ke-17. Saat ini, kendati terjadi banyak kemajuan teknologi dalam pengamatan astronomi, termasuk teleskop radio yang menampilkan citra di layar komputer dan adanya teleskop yang diluncurkan ke angkasa guna mendeteksi radiasi yang tidak dapat menembus atmosfer kita, masih ada hal-hal yang dapat diamati dan dinikmati oleh para astonom amatir. Telah banyak buku-buku dan surat kabar atau majalah yang mencetak peta bintang sehingga pada malam-malam tertentu di sebuah tempat, setiap orang dapat melihat ke langit yang cerah untuk melihat sendiri berbagai bentuk konstelasi bintang.


Keadaan langit di kota besar


Keadaan langit di kota kecil


Keadaan langit di laut atau daerah pantai (tanpa polusi cahaya)


Apakah ada bedanya?

Konstelasi atau yang sering kita sebut sebagai rasi bintang merupakan sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia mempunyai kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Bintang-bintang pada rasi bintang jarang yang mempunyai hubungan astrofisika (fisik), mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh. Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak, dan bergantung pada kebudayaan masing-masing daerah. Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Beberapa diantara rasi bintang tersebut kita kenal dengan sebutan zodiak.

Di sini saya tidak akan membahas tentang zodiak dalam ruang lingkup astrologi yang biasanya digunakan untuk tujuan meramal nasib manusia (divination).

Dalam astronomi, zodiak adalah rasi-rasi bintang yang dilalui oleh garis ekliptika (garis edar Matahari). Jika kita hitung jumlah rasi yang hanya dilalui oleh Matahari maka kita akan mendapatkan angka 13 buah zodiak. Namun pada tahun 1999, John Mosley dari Observatorium Griffith bersama dengan astronom asal Belgia, Jean Meeus, mendapati bahwa terdapat 21 buah zodiak di ekliptika yang dilewati pula oleh Bulan dan kedelapan buah planet (bukan hanya yang dilalui Matahari) dalam perjalanan masing-masing di bola langit. Ke-21 zodiak yang dimaksud adalah Aquarius, Aries, Cancer, Capricornus, Cetus, Corvus, Crater, Gemini, Hydra, Leo, Libra, Ophiuchus, Orion, Pegasus, Pisces, Sagittarius, Scorpius, Scutum, Sextans, Taurus, dan Virgo.

Referensi :
  • Jendela IPTEK : Astronomi. 1997. Dorling Kindersley
  • Stellarium (software)
  • Utama, Judhistira Aria. 2007. Jumlah Zodiak, 13 Atau 21?. Pikiran Rakyat
  • Winardi, Sutantyo. Astrofisika Mengenal Bintang. Penerbit ITB

2 komentar:

Anonim mengatakan...

menurut saya pesan dari langit bagus. Apalagi tentang perbedaan tentang rasi bintang yang menerangkan masih bebas polusi dan telah terpolusi ini bagus untuk pelajaran siswa. Walau sayang mungkin sulit membedakan. tapi memang benar dulu saya sempat bertanya mengapa kalo di laut bintang banyak sedangkan di kota tidak???

Shaula Black mengatakan...

Iya, memang salah satu situs yang bagus untuk melakukan pengamatan adalah di pantai yang tentunya tidak menghadap ke arah kota besar atau pegunungan yang masih sekali penduduknya.