Senin, 08 Juni 2009

Twinkle Little Star

Twinkle, twinkle, little star,
How I wonder what you are.
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky.
Twinkle, twinkle, little star,
How I wonder what you are!


Rasanya begitu indah setiap kali kita mendengarkan lagu tersebut dikumandangkan oleh sebuah kotak musik yang berhiaskan boneka seorang balerina kecil dimana boneka tersebut akan berputar jika kita juga memutar tuas kecil yang biasanya tersembunyi di salah satu sisi kotak musik tersebut. Mungkin, kita juga akan mengulum senyum jika ada salah seorang adik, sepupu ataupun kemenakan kita yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak sedang bernyanyi bersama teman-temannya di sekolah. Sebuah lagu yang mengungkapkan ketertarikan pencipta atau penuturnya akan sebuah objek yang selalu menghiasi langit di malam hari, yang kerlipnya tidak kalah indah dengan kemilau sebongkah berlian.


Lalu apakah gerangan benda di langit sana yang selalu tampak berkelap-kelip itu? Sebagian besar diantaranya adalah bintang. Benda yang tampak kecil jika dilihat dari Bumi dan mampu mengeluarkan cahayanya sendiri ini telah berhasil menyihir banyak orang yang menatapnya. Bukan hanya tersihir akan keindahannya melainkan juga karena misterinya, keberadaannya dan keberlangsungan sampai kapan benda bercahaya itu akan terus ada. Itulah yang selalu menggugah keingintahuan banyak orang dari dulu sampai sekarang hingga manusia mulai memperhatikan, mengamati, mencari tahu apakah jika hari ini dia muncul di langit, dia akan kembali muncul di kemudian hari. Lalu lambat laun orang-orang mulai menyadari bahwa benda-benda bercahaya itu bergerak. Gerak semu harian bintang atau benda langit.


When the blazing sun is gone,
When there's nothing he shines upon,
Then you show your little light,
Twinkle, twinkle, through the night.
Twinkle, twinkle, little star,
How I wonder what you are!


Dengan tidak mengesampingkan fakta bahwa semua benda langit yang bisa kita lihat itu bergerak sesuai dengan acuannya masing-masing, Bumi kita juga berputar pada porosnya atau yang sering kita sebut sebagai rotasi Bumi. Perputaran ini yang menyebabkan terjadinya efek siang dan malam karena di satu waktu, satu bagian Bumi bergerak menghadap ke arah Matahari (siang hari), di waktu yang lain bagian tersebut akan membelakangi Matahari sehingga tidak mendapatkan cahaya sama sekali (malam hari). Karena rotasi Bumi ini kita juga dapat menikmati dengan jelas Matahari terbit (sunrise) atau Matahari tenggelam (sunset) yang terkenal dengan keindahannya. Terbit dan tenggelam. Efek ini tidak hanya berlaku pada Matahari sebagai bintang yang paling dekat dengan kita namun juga berlaku untuk benda langit yang lain.


In the dark blue sky so deep
Through my curtains often peep
For you never close your eyes
’Til the morning sun does rise
Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are!


Bulan, bintang—termasuk Matahari—dan juga benda langit lain yang dapat kita amati di Bumi, terbit dan tenggelam sesuai dengan waktu yang mereka miliki masing-masing untuk terus berada di atas langit. Namun adakah yang menyadari bahwa ada kalanya beberapa objek di tempat-tempat tertentu tidak pernah tenggelam dan juga sebaliknya, tidak pernah terbit? Ada kalanya Matahari di tempat tertentu bisa muncul selama 6 bulan lamanya namun sisa tahun selanjutnya dihabiskan oleh sang Surya dalam peraduan sang cakrawala. Lalu, adakah yang menyadari bagaimana mereka bergerak dan melintas di atas kepala kita?


Gambar 1

Jejak gerak benda langit di daerah kutub utara (lintang tinggi)


Sekarang, mari kita bayangkan bahwa kita sedang berada di kutub utara. Berdiri di atas tumpukan salju dan menengadahkan kepala ke atas (titik zenith), menatap satu titik terang yang bersinar tepat di atas kepala kita. Bayangkan pula pakaian lengkap yang harus kita kenakan berhubung suhu udara yang terlalu ekstrim di sana. Jaket bulu tebal, sarung tangan, penutup telinga atau kapucon, dan perlengkapan lain. Oh, yang terakhir ini hanya pilihan saja agar lebih menjiwai, tidak dipaksakan. Oke, kita lanjutkan. Jika kita amati dengan seksama, kita akan mendapati bahwa benda-benda langit yang kita lihat di sini akan bergerak secara melingkar, memutari satu titik terang yang berada tepat di atas kepala yang sejak tadi kita amati. Titik terang ini yang sering disebut dengan Bintang Kutub atau Polaris, bintang paling terang di rasi Ursa Minor (alpha UMi).


Gambar 2

Matahari pada tanggal 21 Juni atau disebut titik balik utara. Di kutub utara, Matahari hanya berputar-putar berlawanan arah jarum jam (mata kita arahkan ke atas - titik zenith)


Fakta menarik lain yang akan kita temukan adalah bahwa bintang-bintang yang kita lihat dari tempat ini (yang notabene berada di belahan langit utara) tidak akan pernah tenggelam sementara jika Matahari terbit untuk 6 bulan lamanya (siang hari), Matahari akan bergerak di sepanjang cakrawala. Salah satu kerugian dari letak geografis ini, kita tidak dapat mengamati bintang-bintang yang berada di langit belahan Selatan.

Untuk kutub selatan, berlaku hal yang sama namun sayangnya tidak ada bintang kutub di bagian langit ini.


Gambar 3

Jejak gerak benda langit di daerah lintang sedang (masih di langit belahan Utara)


Selanjutnya, kita sedikit bergeser menjauhi daerah kutub, menuju daerah dengan letak geografis lintang sedang, dimana suhu udara di sekitar kita tidak lagi seekstrim sebelumnya dan kita bisa menanggalkan jaket tebal serta perlengkapan lain yang sebelumnya kita pakai. Contoh tempat yang termasuk ke dalam daerah ini (lintang sedang) adalah Eropa, Amerika Utara, atau Jepang untuk bumi belahan utara serta Australia untuk Bumi belahan Selatan. Di tempat-tempat ini, Polaris yang menjadi pusat pergerakan bintang-bintang sedikit bergeser mendekati cakrawala hingga sebagian bintang yang pada gambar 1 tidak tenggelam, pada daerah ini bintang-bintang yang semakin jauh dari titik tengah akan mengalami fase terbit dan tenggelam dengan pergerakan seperti di gambar 3. Pada daerah ini ada beberapa bintang yang berada di langit belahan Selatan dapat dilihat.


Gambar 4

Jejak gerak benda langit di daerah lintang rendah (equator)


Perjalanan kita berakhir di daerah equator seperti Indonesia, Brazil, Colombia, Ecuador, dan lain sebagainya. Di daerah ini, lingkaran semu yang dibentuk oleh jejak-jejak bintang dengan bintang Polaris sebagai titik tengahnya semakin bergeser mendekati cakrawala bahkan sampai tidak terlihat—mungkin ada, namun hanya tersisa lingkaran kecil di ujung cakrawala. Itu pun jika kita beruntung melihatnya saat titik tengah lingkaran tidak tertutupi pohon atau pun rumah-rumah yang menjulang tinggi. Di daerah ini hampir semua objek mengalami tahap terbit dan tenggelam dan keuntungan daerah dengan letak geografis di sekitar equator adalah hampir sebagian besar bintang dapat diamati, baik bintang-bintang yang berada di langit belahan Utara maupun bintang-bintang yang berada di langit belahan Selatan dan Matahari selalu bersinar sepanjang tahun di daerah ini.


Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are


Rotasi Bumi menyebabkan timbulnya gerak harian semu benda-benda langit dan perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan pergerakan benda-benda langit tersebut dan karena ini pula setiap daerah memiliki rentang waktu siang dan malam yang tidak sama bergantung dari letak geografis daerah tersebut.


Referensi :

0 komentar: